Peranti
Pikir:
Pendekatan
Vgotsky pada Pendidikan Anak Usia Dini
Penulis:
Elena Bodrova & Deborah J.Leong
Dalam
Buku Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Pendekatan
Penulis: Jaipul L.Roopnarine&James E.Johnson
Disusun
oleh:
Irma
Angela Soekma NIM: 1402252
Program
Pasca Sarjana
Pendidikan
Anak Usia Dini
Universitas
Pendidikan Indonesia
Bandung
2014
A. IDENTITAS BAB
a. Judul : Peranti Pikir: Pendekatan vgotsky
pada Pendidikan Anak Usia
Dini
b. Pengarang : Elena Bodrova & Deborah J.Leong
c. Halaman : 243-264
d. Penerbit : Kencana Prenada Media Group, Indonesia,
2009
B.
ISI
BAB
Bab
ini berbicara mengenai sebuah model pendekatan dalam pendidikan anak usia dini
dengan berlandaskan pada teori Vgotsky mengenai alat bantu dalam berpikir untuk
menuju kepada fungsi kognitif yang disebut Peranti Pikir/mental (Tools of the
Mind). Ada dua tingkatan fungsi mental yaitu rendah dan tinggi. Fungsi mental
rendah bergerak di seputar sensasi, perhatian spontan, ingatan asosiatif dan
kepandaian sensorimotor. Sementara fungsi mental yang lebih tinggi antara lain
adalah kemampuan fokus, mengingat penalaran logis dan mengungkapkan pikiran
atau ide. Vgotsky yang berlatarbelakang psikologi, percaya bahwa perkembangan
manusia termasuk di dalamya anak-anak didapat dari hasil interaksi mereka
dengan lingkungan sosial. Vgotsky mengatakan bahwa meskipun anak-anak membentuk
pemahaman mereka sendiri terhadap dunia sekitar mereka akan tetapi proses
pembentukan ini selalu terjadi dalam konteks budaya dan melalui perantara yaitu
orang lain baik langsung maupun tidak. Dengan demikian, kemampuan kognitif
sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial yang spesifik, bergantung pada budaya
yang mewarnainya, di antaranya adalah sekolah.
Dengan
berpijak pada keyakinan ini, ia menunjukkan adanya keterkaitan antara
perkembangan dengan pendidikan dan pembelajaran. Inti dari bab ini adalah bahwa
pendidikan dan perkembangan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain secara
dinamis. Gagasan ini diejawantahkan oleh Vgotsky melalui ZPD (Zone of Proximal
Development). ZPD adalah area di antara tingkat kemandirian seorang anak dan tingkat
kemampuan anak dengan bantuan eksternal. Dengan mengobservasi tingkat
pencapaian anak dalam hal kemandirian maka guru dapat mengetahu potensi anak
untuk menuju tingkat kognisi yang lebih tinggi. Menurut Vgotsky, ZPD dapat
ditemukan dalam proses permainan pura-pura.
Berdasarkan pada keyakinannya bahwa
bentuk permainan memiliki 3 komponen yaitu anak-anak menciptakan suasana
khayalan, berbagi peran dan mengikuti aturan dalam memainkan peran tertentu,
Vgotsky membatasi bentuk permainan melalui permainan dramatis. Melalui bermain
pura-pura, anak-anak mengembangkan kemampuan mengatur sendiri perilaku fisik,
sosial dan kognitif mereka. Hal ini akan berperan sebagai landasan bagi anak
kelak ketika memasuki pendidikan akademis ketika mereka harus mengerjakan sesuatu
berdasarkan instruksi, mengendalikan emosi dan menguasai subjek akademik.
Vgotsky juga memberikan pandangannya
terhadap bentuk pendidikan terhadap perkembangan anak difabel. Menurutnya,
untuk membantu pencapaian perkembangan kognitif pada anak berkebutuhan khusus,
diperlukan pula alat bantu sebagai pengganti atau penyokong kedisfungsian
anggota-anggota tubuh yang penting dalam proses perkembangan kognitif anak.
C.
PEMBAHASAN
Tulisan
Elena dan Deborah ini adalah merupakan hasil pengembangan mereka terhadap teori
guru mereka, Lev Vgotsky dalam konteks sejarah budaya; yang lebih dikenal di
dunia barat dengan pendekatan sosial budaya. Keduanya mentransfer teori Vgotsky
mengenai hubungan antara perkembangan dengan pendidikan dan pembelajaran ke
dalam pendidikan anak usia dini dengan menciptakan model pendekatan Peranti
Mental (Tools of Mind). Dengan
berpegang pada fakta-fakta bahwa perkembangan tidak dapat dipisahkan dari
konteks sosial, bahasa berperan besar dalam perkembangan mental (kognisi), maka
pengajaran harus memperhatikan tingkat kemandirian anak namun tetap
memperhatikan hasil observasi ZPD dan guru harus mendorong bahkan menciptakan
kesempatan bagi anak untuk menyelesaikan masalah.
Konsep
Peranti Mental ini banyak diadopsi di negara-negara barat terutama Amerika di
dalam program-program Head Start, prasekolah dan taman kanak-kanak. Sebagaimana
Vgotsky menempatkan bermain sebagai bagian inti dalam proses perkembangan anak
usia dini, Konsep Peranti Mental juga menggunakan permainan sebagai sarana bagi
perkembangan kemampuan kognitif anak usia dini.
With the right approach, a plain
white hat and a plate full of yarn spaghetti can contribute to a young child’s
cognitive development. (Bodrova&Leong,
2003).
Meskipun kedua penulis
banyak menekankan aplikasi Konsep Peranti Mental ini pada bentuk permainan
dramatis, namun implementasi riil yang diadopsi ke dalam berbagai program
tersebut mengalami modifikasi seperti adanya aktivitas yang didesain untuk
melakukan permainan representasi simbolis ini, seperti misalnya perencanaan
bermain dengan menggunakan tehnik Scaffolded
Writing. Sebagai contoh, misalkan anak bermain peran sebagai seorang ibu
yang akan berbelanja dan harus menulis daftar belanjaan. Guru berperan
mengarahkan dan membantu anak menuangkannya dalam bentuk gambar. Selain itu
juga ada yang membuat semacam peralatan, salah satunya yang dinamakan Sound Map yang bertujuan mendorong anak
mulai belajar mengeja.
Kedua
penulis meyakini bahwa anak-anak secara maksimal mengembangkan kemampuan
sosial, emosi dan kognitif mereka melalui permainan pura-pura. Di dalam bermain
representatif, anak-anak banyak menggunakan bahasa dan ini sangat vital bagi
perkembangan kognitif anak. Pada saat yang bersamaan anak belajar menyelesaikan
masalah dan melatih perasaan empati. Semua perkembangang ini pada muaranya
adalah sebagai bekal bagi anak dalam menerima instruksi guru ketika diberikan
tugas akademis, bersosialisasi dengan teman sebaya dan menyelesaikan masalah.
Simbol
merupakan salah satu bentuk peranti mental yang digunakan anak dalam
berkomunikasi dan mengungkapkan pikiran mereka. Penulis memandang adanya
kesejajaran fungsi antara tulisan dalam bentuk kombinasi dan penggabungan huruf
dengan gambar atau corat-coret anak.
Penulis
secara jelas memberikan perbandingan secara praktis di kelas dalam elemen
permainan dan rutinitas kelas antara Kelas Peranti Pikir dan Sebagian besar
keals PAUD. Ini memudahkan penggambaran secara aplikatif bagi guru.
Dari
pendapat dan cara pandang kedua penulis ini, saya sependapat bahwa dalam
pendidikan anak-anak usia dini, bentuk pendekatan terbaik dalam pembelajaran
adalah melalui metode bermain. Bermain peran dapat menjadi suatu bentuk sarana
peranti mental yang berkontribusi besar dalam mengarahkan fungsi pikir anak ke
tingkat yang lebih tinggi, yaitu perkembangan sosial, emosi dan kognitif.
Melalui bermain peran, anak-anak mengembangkan kemampuan berbahasa, termasuk
mendengarkan pendapat orang lain dan berbicara untuk menyampaikan maksud.
Mereka belajar berbagi dan menyelesaikan masalah dengan cara berkomunikasi,
baik verbal maupun non verbal. Perkembangan kognitif dapat dilihat ketika
intensitas durasi dan kontekstual permainan meningkat. Pada tingkat ini, guru
dapat masuk untuk memberikan stimulasi yang lebih kompleks seperti memberikan
pertanyaan atau parafrase yang menantang fungsi pikir anak terhadap arah
permainan dan interelasi perannya terhadap peran anak lain.
Pada
dasarnya, Model Peranti Mental ini hanyalah satu dari sejumlah usaha pendekatan
terhadap pendidikan anak usia dini melalui kacamata konsep sosiokultural
Vgotsky. Menurut saya, ada lebih banyak
lagi sarana peranti mental yang dapat mendukung metode pendekatan ini, seperti
pendekatan proyek, pendekatan High Scope yang berfokus pada ketertarikan siswa
secara aktif atau pendekatan naturalis dan sains.
Bila
merujuk pada perbedaan yang ditampilkan penulis pada kelas PAUD dan Peranti
Pikir/Mental, saya dapat mengelompokkan kebanyakan kelas PAUD di Indonesia
masih berpusat pada cara klasik dimana keberpusatan pembelajaran terletak pada
guru dan permainan peran anak berlangsung tanpa arah tujuan serta tidak
mendorong anak untuk berpikir. Kegiatan bermain peran cenderung hanya sebagai
pengisi waktu dan anak-anak tidak dirangsang untuk mengeksplorasi lebih jauh
proses permainan itu sendiri, anak-anak tidak terlibat dan terlatih dalam
membuat rencana bermain.
Secara
umum, bab ini mampu memberikan cara pandang yang berbeda bagi guru dalam
menerapkan pembelajaran yang efektif dan mampu meningkatkan fungsi pikir anak
seiring dengan perkembangan mereka.
D.
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
Peranti
mental atau peranti pikir merupakan salah satu metode pendekatan dalam
mendukung perkembangan fungsi pikir anak usia dini ke tingkat yang lebih
tinggi. Bermain peran merupakan bentuk peranti mental yang dianggap dapat
memberikan stimulasi dalam perkembangan kemampuan sosial, emosi dan kognitif
anak usia dini sebagai bekal dasar untuk memasuki pendidikan akademis di sekolah
dasar. Dalam bermain peran anak dapat belajar cara mengkomunikasikan ide atau
pikirannya, membangun empati serta bahasa.
Untuk
mengadopsi metode pendekatan ini, sekolah harus memastikan bahwa mereka
memiliki kualitas guru yang memahami tahapan perkembangan anak dan mampu
memberikan bimbingan dan pengarahan serta memahami tingkat kemandirian siswanya
sehingga guru dapat memberikan stimulasi dalam mendorong perkembangan siswanya.
Guru harus mampu menempatkan posisinya sebagai fasilitator bagi kemajuan siswa
dan bukan sebagai pembuat keputusan mutlak dalam proses pembelajaran. Guru
harus senantiasa mampu mengarahkan siswa dalam menghargai proses pembelajaran
dan tidak hanya terfokus pada hasil.
Sekolah
juga perlu memberikan perhatian pada anak-anak berkebutuhan khusus dengan cara
menyediakan fasilitas yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan fungsi
pikir mereka. Selain itu, guru-guru juga harus dibekali dengan pengetahuan
khusus mengenai penggunaan alat dan strategi penggunaanya dalam rangka membantu
siswa mencapai perkembangan fungsi pikir optimal.
E.
DAFTAR
RUJUKAN
Bodrova,
Elena and Leong, Deborah J., 1996, Tools
of the Mind: The Vgotskian Approach
to Early Childhood Education. Englewood Cliffs, NJ: Merril.
Bodrova,
Elena and Leong, Deborah J., 2003, The
Importance of Being Playful, Educational Leadership, Vol. 60, No.7, April,
Association for supervision and Curriculum Development
Roopnarine, Jaipul J.
and Johnson, James E., 2009, Pendidikan
Anak Usia Dini dalam berbagai pendekatan, Kencana Prenada Media Group,
Indonesia